Jumat, 15 November 2013

Hujan. Rindu.

Hai...
Sore ini, aku kembali ke tempat kita bertemu dulu
Bagaimana hujanmu?
Hujanku masih sehangat biasanya
Aku merindukanmu...
Bisakah kita menikmati hujan bersama lagi? Dan minum segelas kopi? Lalu berjalan bersama dibawah payung saat hujan? Bisakah kita?

Minggu, 09 Juni 2013

Assalamualaikum Akhi






Assalamualaikum...


Hari itu, hari Ahad pagi. Pagi yang indah dengan sinar matahari yang menghangatkan. Pagi yang indah ini adalah pagi yang benar-benar membuatku bersyukur, bukankah memang seharusnya kita harus selalu bersyukur ? Aku bersyukur karena Allah telah mempertemukanku dengan dia. Dia yang memiliki senyuman sehangat matahari pagi.

Akhi...
Hari itu, pertama kalinya aku melihat akhi... akhi yang mengenakan baju hijau bermotif batik. Akhi yang berdiri di samping belakangku. Akhi yang tersenyum cerah  mendengarkan tausiyah pagi. Akhi yang sedang bersenda gurau kecil bersama teman akhi. Saat itu aku mulai mengalihkan pandanganku dan memperhatikan akhi walau sebentar. Saat itu, aku berfikir kalau akhi adalah ...  seseorang yang ku kagumi mulai hari itu sampai detik ini.

Akhi...
Pertemuan pertama bagiku ini adalah pertemuan yang terindah dalam hidupku. Apa ini terdengar berlebihan? Saat hari itu berakhir, aku selalu memikirkan apa ada pertemuan kedua? Kalu memang ada, Kapan? Dimana?

Sabtu, 11 Mei 2013

Cerpen


                       Lagu Terakhir

Intan memandang kepergian kekasihnya, untuk saat ini lebih tepatnya adalah mantan pacarnya. Fajar, bayangan lelaki itu semakin lama semakin menghilang. Ia mengingat percakapannya barusan dengan Fajar mantan kekasihnya.
“Maaf. Aku tau ini menyakitkan untuk kau dan aku. Tapi aku harus mengatakannya padamu. Intan, sebaiknya hubungan ini sampai disini saja. Maafkan aku.” ucap Fajar
Intan memandang kedua mata lelaki itu, mata yang sangat indah... mata yang sangat ia sukai. Intan mendesah pelan. “Kenapa? Kau bosan denganku? Kau menyukai wanita lain?” balas Intan
Fajar menggeleng cepat. Lalu memegang kedua tangan gadis itu. “Tidak. Aku tidak meyukai gadis lain. Sungguh.”
Intan meringis mendengar jawaban Fajar. “Lalu? Alasanmu ingin putus denganku apa?”
“Karena keadaan yang memaksakan.”
“Keadaan seperti apa?”
“Aku tau ini sulit bagimu, tapi aku yakin  kau bisa tanpa aku. Intan adalah gadis periang. Sebelum kau bertemu aku seperti itulah dirimu. Jadi, tetaplah seperti itu meskipun tanpa aku. Aku janji, aku akan selalu menyapamu. Kita masih bisa bermain bersama.” kata Fajar sambil menyunggingkan senyumnya.
Intan melepaskan tangannya dari genggaman Fajar. Ia tidak habis fikir bagaimana lelaki itu masih bisa tersenyum. Ia sangat menginginkan hal seperti ini? Baiklah.
“Ini yang bisa membuatmu bahagia bukan ? Baik. Kita putus.”
Fajar menyentuh kepala Intan lalu memeluk tubuh mungil gadis itu. Setelah beberapa detik ia melepaskan pelukannya. Fajar berbalik meninggalkan Intan. Sebenarnya ia tidak tega melakukannya, tapi ini harus ia lakukan.
Intan memandang kepergian lelaki itu. Bayangannya lelaki itu telah hilang. Pandangan Intan mulai kabur karena sedari tadi ia menahan air matanya agar tidak keluar. Saat ini air mata itu telah mengalir di pipi Intan. Sungguh ia masih mencintai lelaki itu. Ia menaruh telapak tangan kanannya di dadanya. Tidak ada yang terjadi, tapi kenapa rasanya sesakit ini. Sesak.
***

Tidak Seperti Dulu


Tidak Seperti Dulu


Tidak seperti dulu...
Aku yang selalu melihat ke arahmu
Aku yang selalu dibelakangmu
Aku yang selalu menunggumu
Aku, tidak seperti dulu lagi!

Tidak seperti dulu....
Aku yang menyukai senyuman itu
Aku yang menyukai suara itu
Aku yang menyukai tatapan matanya itu
Aku, tidak seperti dulu lagi!

Tidak seperti dulu....
Aku yang mengkhawatirkanmu
Aku yang memperhatikanmu
Aku yang merindukanmu
Aku yang menyukaimu
Aku, tidak seperti dulu lagi!

Kamis, 04 April 2013

Balloon


Ballon





“Kajja~~!!” ucap Han Ji Ra sambil menarik pergelangan tangan Kang Hye Min.
“Mwo? Kita akan pergi kemana, huh?”
Han Ji Ra menghentikan langkahnya dan Hye Min melepaskan genggaman tangannya dari Ji Ra.
“Aishhh... terserah yang penting kita pergi dari tempat itu Hye Min.” Kata Ji Ra
“Wae?”
“Karena  aku sudah bosan melihatmu seperti tadi.”
“Mwo? Apa yang aku lakukan tadi hah? Sampai membuat mu bosan dan mengajakku pergi?”
Han Ji Ra mendesah pelan, ia benar-benar tidak mengerti dengan sahabatnya itu. Apa dari tadi ia tidak melihat kalau Hye Min memandang namja pujaan hatinya itu.
Han Ji Ra menunjuk seseorang yang berada di tengah lapangan sepakbola. “Namja itu.. namja disana yang mengenakan baju biru yang sedang asyik bermain dengan bolanya. Kau memandangnya bukan? Hye Min, kau memandangnya selama 17 detik tanpa berkedip.”
Hye Min memandang kembali namja itu. Benar, sedari tadi dia hanya memandang ke arahnya. Ia  tidak tahu sudah berapa lama memamandang namja itu. Hanya memandang nya saja, ia benar-benar bahagia. Memandangnya dari jauh. Benar-benar bahagia.
“Aishh.. lihat. Kau memandangnya lagi? Kau benar-benar menyukainya ?” tanya Ji Ra sambil menggelenggkan kepalanya tidak percaya.
“Arraseo.. arasseo.. kita harus pergi.” Kata Ji Ra lagi dan menarik tangan Hye Min dengan kuat.
“Yaak.. Han  Ji Ra! Lepaskan tanganku. Appo...” pekik Hye Min
“Ne, tapi kau tidak boleh pergi ke tempat itu lagi dan ikuti aku. Arraseo?”
Hye Min mengangguk pelan lalu Ji Ra melepaskan tangan Hye Min dengan pelan.

#no title


ini foto amatiran saya dari camera ponsel Nokia yg kualitasnya hanya 2 megapixel....hahhahha.. dan diedit jugaa :^)




good morning...beutifull world~~^^



good morning teenagers~~!

Selasa, 26 Februari 2013

Cinta Suwar Suwir


            Alun-alun kota Jember semakin sore semakin ramai. Tentu saja, apalagi sekarang hari Minggu. Banyak warga masyarakat Jember yang datang ke pusat kota ini walaupun hanya sekedar duduk-duduk menikmati pemandangan di sore hari. Sama halnya dengan gadis yang berbaju putih itu. Gadis yang menempati kursi panjang di dekat lapangan basket yang ada di Alun-alun kota kecil ini. Ia mengamati pusat kota Jember, kota ia lahir, kota ia tinggal sampai saat ini. Kota Jember yang terkenal dengan JFC nya (Jember Fashion Carnaval) yang sudah menaruh prestasi sampai luar negri. Kota Jember yang terkenal dengan camilan suwar suwir. Jember yang memiliki ribuan bukit. Pantai Watu Ulo, Papuma tentulah salah satu pariwisata di kota Jember. Kota kecil ini mempunyai beraneka ragam pariwisata, makanan, kerajinan tangan, dan tentu saja prestasi. Lamunan gadis itu terhenti ketika handphonenya berbunyi. Ia menekan tombol hijau pada handphonenya itu.
“Halo, Assalamualaikum. Ada apa Bu?”
“Walaikumsalam, kamu dimana toh nduk?” jawab suara khawatir disana.
“Di alun-alun. Emang kenapa bu?”
“Haduuuh Via, cepetan pulang nduk. Iki wes hampir maghrib.”
“Iyaa... Via pulang sekarang. Assalamualaikum.” Jawab gadis itu lalu menutup telepon.
Via bangkit dari tempat duduknya lalu melangkah pergi. Langkahnya terhenti ketika ia melihat sosok yang sangat ia kenali. Laki-laki tinggi itu...tatanan rambutnya yang rapi...sebelah tangan kanannya yang memegang kamera. Wajah Via berseri-seri dan senyum senang tersungging di bibirnya. Sosok laki-laki itu yang membuatnya seperti ini. Laki-laki yang ia sukai diam-diam selama 2tahun.
*****