Alun-alun kota Jember semakin sore semakin ramai.
Tentu saja, apalagi sekarang hari Minggu. Banyak warga masyarakat Jember yang
datang ke pusat kota ini walaupun hanya sekedar duduk-duduk menikmati
pemandangan di sore hari. Sama halnya dengan gadis yang berbaju putih itu.
Gadis yang menempati kursi panjang di dekat lapangan basket yang ada di
Alun-alun kota kecil ini. Ia mengamati pusat kota Jember, kota ia lahir, kota
ia tinggal sampai saat ini. Kota Jember yang terkenal dengan JFC nya (Jember
Fashion Carnaval) yang sudah menaruh prestasi sampai luar negri. Kota Jember
yang terkenal dengan camilan suwar suwir. Jember yang memiliki ribuan bukit.
Pantai Watu Ulo, Papuma tentulah salah satu pariwisata di kota Jember. Kota
kecil ini mempunyai beraneka ragam pariwisata, makanan, kerajinan tangan, dan
tentu saja prestasi. Lamunan gadis itu terhenti ketika handphonenya berbunyi.
Ia menekan tombol hijau pada handphonenya itu.
“Halo, Assalamualaikum. Ada apa Bu?”
“Walaikumsalam, kamu dimana toh nduk?” jawab suara khawatir disana.
“Di alun-alun. Emang kenapa bu?”
“Haduuuh Via, cepetan pulang nduk. Iki wes hampir
maghrib.”
“Iyaa... Via pulang sekarang. Assalamualaikum.”
Jawab gadis itu lalu menutup telepon.
Via bangkit dari tempat
duduknya lalu melangkah pergi. Langkahnya terhenti ketika ia melihat sosok yang
sangat ia kenali. Laki-laki tinggi itu...tatanan rambutnya yang rapi...sebelah
tangan kanannya yang memegang kamera. Wajah Via berseri-seri dan senyum senang
tersungging di bibirnya. Sosok laki-laki itu yang membuatnya seperti ini. Laki-laki
yang ia sukai diam-diam selama 2tahun.
“Tante tadi kesini Bu?”
tanya Via ketika melihat kotak berisi kue wana-warni.
“Iya, kok tahu kamu nduk?” jawab ibu Via
“Lihat aja ada suwar
suwir lagi. Siapa lagi yang ngasih kalau gak Tante.” jawab Via cemberut.
“Loh, emang kenapa toh nduk? Suwar suwir itu gak kalah
enaknya sama coklat. Cobak deh satu aja
entar kamu ketagihan.” kata ibu Via yakin.
“Aishh... ibu! Mana
ada? Yang ada coklat lebih enak daripada suwar suwir. Lain kali kalau Tante
kesini, Via mau bilang kalau lebih baik Tante bawak coklat aja bukan suwar
suwir.” kata Via lalu pergi meninggalkan Ibunya.
Ibu Via yang
mendengarkan perkataan anaknya itu tersenyum sendiri. Gimana caranya anaknya
itu bisa suka sama makanan khas kotanya.
*****
“Via...
Via... Via... tunggu sebentar.” Teriak seseorang laki-laki.
Gadis
yang benama Via itupun menghentikan langkahnya lalu menoleh. Ia kaget begitu
tahu siapa yang memanggilnya. Dimas. Cowok yang dia suka selama 2 tahun. Dan
saat ini cowok itu tengah ada didepannya. Menatapnya sambil tersenyum.
“Eh,
Dimas? Ada apa? Tumben banget?” ucap Via
“Hehehhe
gak ada sih. Cuman pengen nyapa aja Vi.” Jawab Dimas sambil tersenyum.
Via
mengkerutkan keningnya. “Loh? Gimana sih?”
“Emm,
kemaren Via ke Alun-alun ya?” tanya Dimas
Via
mengangguk. “Iya, kenapa? Oh.. kamu penguntit ya Dimas?”
“Enak
aja. Gak lah.” balas Dimas sambil mengeluarkan sebuah foto dari saku celananya.
Kemudian ia lihat foto itu sebentar lalu diperlihatkannya foto itu kepada Via.
Via
terbelalak kaget. Foto itu...foto dirinya. Via tahu persis dimana itu diambil,
di Alun-alun. Di foto itu, dirinya lagi melamun. Via mengambil foto itu dari
tangan Dimas.
“Oh..
jadi profesi mu itu penguntit sama paparazi?” ucap Via
Dimas
menggelengkan kepalanya cepat. “Gak Via, kemaren sore aku hunting foto di
Alun-alun. Eh gak sengaja waktu lagi motret ternyata motret kamu. Itupun aku
baru tahu setelah pulang ke rumah.” jelas Dimas.
“Dan
kenapa gak dihapus aja itu foto? Kenapa juga pakek dicetak?” tanya Via
“Soalnya
fotonya lucu sih... jadi sayang kan kalau dihapus.”
“Oh...
lucu ya? Hahhaha.” balas Via lalu meninggalkan lelaki itu sendirian.
Dimas
melihat kepergian Via. Ia bingung apa yang dia lakuin salah? Sampek via marah
gitu. Dasar cewek aneh.
*****
Terkadang
Jember begitu menyebalkan bagi Via, seperti saat ini dia terjebak macet. Ahh..
ini pasti gara-gara tadi malem tidur kemalaman dan akhirnya bangun kesiangan.
Juga gara-gara Dimas menyebalkan itu. Lampu lalu lintas berwarna merah, Via menghentikan
sepeda motornya lalu menoleh kesamping. Dilihatnya cowok yang membuat dia
bangun kesiangan. Dan cowok itu kini sedang tersenyum ke arahnya. Via
membalikkan pandangannya ke depan. Benar dunia ini sempit. Panjang umur itu
cowok, baru jugak di pikirin sekarang udah ada di sebelahnya.
*****
“Vi?
Jawab dong! Kenapa jadi diem-dieman gini sih?” ucap Dimas.
Via
asyik dengan minumannya, dia jugak bingung kenapa dia bisa marah sama Dimas.
Padahal dia suka sama cowok yang saat ini tengah berada didepannya dan dengan
rasa bersalahnya dia tulus minta maaf. Tapi, yang dilakuin Dimas memang salah.
Memotret orang seenaknya saja. Lancang bukan sih? Atau aku yang berlebihan?
Dimas
mendesah. “Loh Vi kenapa jadi ngelamun sih?” ucap Dimas sekali lagi.
Via
menghentikan minumannya, dia melihat wajah Dimas. Dasar lelaki ini! Dia tidak
bisa marah berlama-lama terhadap lelaki ini. Via menggerutu dalam hati.
“Permintaan
maaf diterima.” kata Via
Dimas
tersenyum senang. “Beneran? Makasih ya Via.” Kata Dimas senang
Via
memaksakan seulas senyum. “He’em.”
“Oh
iya, ini buat kamu.” Ucap Dimas sambil memberikan sebuah kotakan
Via
mengambilnya lalu membukanya. Via terkejut dengan pemberian Dimas. “Ini buat
aku?” ucap Via
“Tentu,
itu enak loh Vi.” Balas Dimas
“Tapi,
gini Dim.. bukannya aku nolak pemberian kamu tapi aku gak suka suwar suwir.
Jadi.. aku gak bisa makan ini.” ucap Via jujur
Dimas
mengkerutkan kening. “Loh? Kenapa? Cobak satu aja deh Vi.”
Via
menggeleng cepat. Ibunya aja udah sering kali maksa Via buat mencicipi makanan
warna warni itu. Dan hasilnya tetep aja Via gak mau untuk mencoba camilan khas
Jember itu.
“Kalau
kamu bisa ngabisin suwar suwir itu meskipun cuman satu buah aja, aku akan
ngajak kamu jalan-jalan. Gimana? Mau gak?” tanya Dimas
“Dimas
kamu mau ngajak aku kencan?” ucap Via senang
“Bukan
kencan Vi, tapi jalan-jalan.” koreksi Dimas
Tanpa
berfikir panjang Via pun menyetujuinya. Via mengambil satu buah suwar suwir.
Dia melihat camilan itu, dia tidak yakin bisa menghabiskannya. Kalau bukan
hadiahnya yang kencan sama Dimas, Via gak akan mau makan camilan itu. Anehnya
kenapa Dimas ngasih suwar suwir. Kalau cowok lain pasti ngasih coklat. Tapi
cowok ini?
Dimas
melihat Via tidak yakin. Dia berharap Via bisa menghabiskan camilan itu. Karen
dia berharap banget kalau dia bisa jalan-jalan bareng Via. Entahlah, Dimas
sudah suka sama Via semenjak Dimas kelas 10. Semenjak dia pindah ke kota kecil
ini.
“Vi?
Kok belum dimakan?” tanya Dimas
Via
menarik nafas lalu dia menggigit camilan itu. Dia mengunyahnya dengan cepat.
Dia memakan lagi suwar suwir dengan satu gigitan. Kali ini tinggal satu gigitan
lagi. Dan akhirnya Via berhasil menghabiskan suwar suwir itu.
“Gimana?
Enak bukan?” tanya Dimas penasaran
“Lumayan
cuman rasanya terlalu manis. Oh iya, jangan lupa janjinya Dim.” ucap Via
mengingatkan.
“Hahahha..
iya iya. Gimana kalau hari Minggu besok kita keliling kota Jember aja?”
Via
tersenyum senang. “Oke. Oh iya kamu bukan orang Jember asli kan?”
Dimas
mengangguk. “He’em, aku kan orang Surabaya.”
“Berarti
aku harus jadi tour guide mu hari Minggu.”
Dimas
tertawa. “Iya dong.”
*****
Ibu Via tidak percaya apa yang dilakukan anaknya saat
ini. Via yang tadinya benci suwar suwir, kini tengah memakan suwar suwir dan
sudah menghabiskan 5 buah. Tadinya Ibu nya tidak percaya apa yang diminta
putrinya itu. Via meminta ibunya membelikan suwar suwir.
“Nduk,
pelan-pelan makannya. Enak yah nduk suwar suwirnya?” tanya Ibunya
“Iya bu, enak banget. Walau memang terlalu manis tapi tetep
enak kok.” Jawab Via
“Nduk kok kamu bisa suka sama suwar suwir?” tanya
Ibunya penasaran
Via menghentikan makannya. “Karena cinta Bu.” Ucap Via
sambil tesenyum
Ibu Via mengkerutkan keningnya. “Cinta?”
“Ibu pernah muda kan? Pernah ngerasain jatuh cinta
bukan?”
Ibunya kini mengerti pasti karena cowok.
“Oh iya bu, tolong bilang ke Tante kalau sering-sering
bawak suwar suwir ya.”
*****
Via dan Dimas kini telah sampai di Pantai Watu Ulo. Saat
ini Pantai itu ramai akan pengunjung. Tentu saja Pantai ini selalu ramai.
Pantainya yang indah dengan ombaknya. Dan banyak batu-batu besar. Setiap orang
akan mandi di Pantai itu.
“Vi, kenapa nama Pantainya Watu Ulo?” tanya Dimas
Via memandang Dimas lalu memandang laut itu. “Karena,
dulu katanya ada batu yang panjang banget dan bentuknya seperti ular gitu dan
juga ada bentuk kepalanya. Dan itu ada di pantai ini.”
“Oh, jadi sekarang batu itu ada dimana? Aku pengen
ngeliat.”
Via menggeleng. “Gak tahu, ada yang bilang udah gak di sini.
Ada yang bilang yang tertinggal disini cuman badannya aja. Sedangkan kepanya
gak tahu dimana. Entahlah, beritanya simpang siur gitu. Itupun aku diberi tahu
sama ayahku. Jadi gak tahu deh bener atau enggak.” Jelas Via panjang lebar.
Dimas mengangguk. “Oh.”
*****
“Gimana Dim keren gak?”
Dimas memandang pantai itu. Ahh pantai ini benar-benar
indah. Ombaknya yang enggak terlalu besar. “Jadi ini yang namanya Papuma?”
“He’em.” Jawab Via lalu mengambil sebatang kayu.
Via menulis di pasir pantai itu. Ia menulis “Aku Cinta
Jember.” Dimas melihat apa yang ditulis Via lalu dia mengambil sebatang kayu
yang tadi digunakan Via. Dimas menulis di pasir itu juga. Via memandang Dimas
penasaran.
“Mau nulis apaan Dim?”
Via terkekeh dengan apa yang ditulis Dimas. Dimas
menulis “Aku Cinta Suwar Suwir.” Dimas menoleh ke arah Via yang tertawa. Dimas
baru pertama kali melihat tertawa Via. Ia senang bisa melihat gadis itu
tertawa.
“Dim, dim kamu lucu yah? Kamu cinta banget apa sama
suwar-suwir?” tanya Via masih dengan tertawa
“Oh iya Vi bentar lagi kita kemana?”
“Emm kemana ya? Gimana kalau ke Botani? Atau kamu mau
lihat air terjun di Tancak? Oh yaa ada pemandian di Rembangan?”
“Emm gimana kalau ke Bedadung?”
Via kaget dengan perkataan Dimas. “Eh? Ngapain mau
kesana? Kamu mau mandi di Sungai Bedadung?”
“Emang kenapa sih? Kok kaget gitu?” kata Dimas
“Jadi gini, Konon kalau ada orang dari luar Jember
mandi di sana dan belum punya pasangan akan dapat jodoh orang Jember. Gak tahu
jugak sih kebenarannya itu mitos yang berkembang di masyarakat.”
“Okedeh kalau gitu kita kesana aja. Aku mau mandi
disana.”kata Dimas
“Eh? Kamu pengen banget dapet jodoh cewek Jember?”
tanya Via
Dimas mengangguk. “Emang kenapa? Cewek Jember
manis-manis kok.”
Via terkekeh geli dengan ucapan Dimas. Dasar cowok!
*****
Hari berganti malam, Dimas dan Via
menghentikan tour nya. Kini mereka berdua berada di pusat kota. Di alun-alun
kota jember. Lampu-lampu kota, orang-orang berjalan, kendaraan berlalu
lalang... Via sangat menikmati pemandangan di malam ini. Ia benar-benar lelah
hari ini. Tapi lelah itu tergantikan karena ia jalan-jalan mengelilingi Kota
Jember bareng Dimas. Via benar-benar gak menyangka bisa sedekat ini sama Dimas.
Dimas
memandang Via yang tengah asyik menyaksikan pemandangn Alun-alun Jember. Ia
tersenyum memandang gadis itu, ia jadi ingat kedatangannya pertama kali di
Jember. Waktu itu ia sedang jalan-jalan ke Alun-alun ini. Tapi sayangnya waktu
itu Hujan sangat deras. Jadi ia berteduh di dekat lesehan. Lalu ia melihat
seseorang gadis yang tengah asyik bermain dengan hujan. Ia tidak peduli dengan
keadaannya yang basah, tidak peduli dengan orang-orang yang memandangnya dan
menganggapnya seperti anak kecil. Gadis itu menarik. Saat itu Dimas ingin
bertemu lagi dengan gadis itu. Dan ternyata takdir mempertemukannya dengan
gadis itu. Dimas satu sekolah dengan gadis itu bahkan satu kelas. Gadis itu
adalah gadis yang kini tengah disampingnya.
Via yang dari tadi merasa di lihat
Dimas jadi salah tingkah. “Dim kenapa ngeliat aku sampek begitu? Ah, kenapa
kamu baru tahu ya kalau aku ini cantik?” ucap Via percaya diri
Dimas hanya tersenyum. “Via kamu
gak laper?”
“Laper banget. Oh iya tadi aku
bawak suwar suwir dari rumah.” Kata Via lalu mengambil camilan suwar suwir dari
tasnya lalu mengasihkannya pada Dimas.
“Cie..ciee... Via sekarang suka
suwar suwir ya?” goda Dimas melihat Via dengan lahapnya memakan suwar suwir.
“Hahha.. ini semua karena paksaan
mu Dim.”
“Jember kalau malam hari indah
banget yah Vi?”
Via tersenyum. “He’em.”
“Apa lagi ditemenin kamu Vi. Ahh
bener-bener indah banget,” kata Dimas
Dimas tertawa kecil. Ia
mengulurkan tangannya dan mengusap kepala Via. Degg. Jantung Via langsung
meloncat tidak beraturan.
“Vi... ada yang pengen aku ucapin
ke kamu.”
Astaga. Lelaki ini. Via mencoba sebiasa
mungkin, apa yang akan dibilang sama lelaki ini. Via menoleh ke arah Dimas.
Dimas memandang Via serius. Oke, Via bener-bener gak suka sama suasana seperti
ini.
“Vi... gini sebenernya... Aku..
aku suka sama kamu.” Ucap Dimas terus terang.
Jantung Via meloncat tidak
beraturan lagi. Ia benar-benar kaget dengan pernyataan Dimas. Dan saat ini Via
bisa ngerasain pipinya memerah. Astaga.
“Via? Gimana?” ucap Dimas lagi.
“Emm, gimana yaa?” balas Via lalu
mengambil suwar suwir yang ada di tangan Dimas
“Aku.. cinta sama... suwar suwir
ini.” balas Via sambil mengacungkan suwar suwirnya.
“Eh? Kok bisa sih Vi? Jadi
kesimpulannya kamu gak suka sama aku? Aku sama suwir kan gak beda jauh.
Sama-sama manis malahan lebih manisan aku.” kata Dimas sambil cemberut.
“Eh dasar narsis. Gak usah
cemberut deh. Kamu fikir kamu ganteng kalau cemberut? Lagian siapa bilang aku
gak suka sama kamu? Jangan ngambil keputusan sendiri dong.” Jawab Via.
Dimas tersenyum senang mendengar
jawaban Via. “Jadi kamu jugak cinta sama aku? Dan mulai sekarang kita pacaran
dong?”
Via tertawa mendengar ucapan
Dimas. “Emm gimana ya?” kata Via lalu berlari meninggalkan Dimas.
“Yaakk... Via jangan lari dulu
dong. Kamu harus bilang kalau kamu cinta aku.” Teriak Dimas.
“Ahahhaha.. Aku Cinta Suwar Suwir.
Kalau kamu berhasil nangkap aku baru deh aku akan bilang di kota tercintaku ini
kalau aku cinta Dimas.” Balas Via sambil berteriak
Dimas yang mendengar perkataan Via
langsung berlari mengejar Via. Dan semua orang yang berada disekitar Alun-alun
itu tengah asyik melihat tingkah laku kedua remaja itu. Sedangkan Dimas dan Via tidak peduli dengan
orang-orang yang melihatnya seakan dunia ini diciptakan hanya untuk Dimas dan
Via.
END
Tidak ada komentar:
Posting Komentar