Ballon
“Kajja~~!!” ucap Han Ji Ra sambil menarik pergelangan tangan Kang Hye Min.
“Mwo? Kita akan pergi kemana, huh?”
Han Ji Ra menghentikan langkahnya dan
Hye Min melepaskan genggaman tangannya dari Ji Ra.
“Aishhh... terserah yang penting kita
pergi dari tempat itu Hye Min.” Kata Ji Ra
“Wae?”
“Karena aku sudah bosan melihatmu seperti tadi.”
“Mwo? Apa yang aku lakukan tadi hah?
Sampai membuat mu bosan dan mengajakku pergi?”
Han Ji Ra mendesah pelan, ia
benar-benar tidak mengerti dengan sahabatnya itu. Apa dari tadi ia tidak
melihat kalau Hye Min memandang namja pujaan hatinya itu.
Han Ji Ra menunjuk seseorang yang
berada di tengah lapangan sepakbola. “Namja itu.. namja disana yang mengenakan
baju biru yang sedang asyik bermain dengan bolanya. Kau memandangnya bukan? Hye
Min, kau memandangnya selama 17 detik tanpa berkedip.”
Hye Min memandang kembali namja itu.
Benar, sedari tadi dia hanya memandang ke arahnya. Ia tidak tahu sudah berapa lama memamandang
namja itu. Hanya memandang nya saja, ia benar-benar bahagia. Memandangnya dari
jauh. Benar-benar bahagia.
“Aishh.. lihat. Kau memandangnya
lagi? Kau benar-benar menyukainya ?” tanya Ji Ra sambil menggelenggkan
kepalanya tidak percaya.
“Arraseo.. arasseo.. kita harus
pergi.” Kata Ji Ra lagi dan menarik tangan Hye Min dengan kuat.
“Yaak.. Han Ji Ra! Lepaskan tanganku. Appo...” pekik Hye
Min
“Ne, tapi kau tidak boleh pergi ke
tempat itu lagi dan ikuti aku. Arraseo?”
Hye Min mengangguk pelan lalu Ji Ra
melepaskan tangan Hye Min dengan pelan.
“Han Ji Ra... untuk apa kita kesini
huh? Aku lapar. Sebaiknya kita pergi mencari makan? Eottohke?”
“Kau pilih satu, aku akan
membelikannya untukmu. Kau ingin balon berwarna apa?”
“Shireo. Aku ingin makanan bukan balon.” Jawab Hye Min
sambil menggembungkan pipinya.
“Jinjja! Kau ini benar-benar
menyebalkan, Setelah kita membeli balon aku akan mentraktirmu makan.”
Hye Min tersenyum mendengar ucapan
sahabatnya itu. “Hahhaha... Baik. Aku ingin balon berwarna biru itu.”
Han Ji Ra mengangguk lalu menunjuk
balon berwarna biru dan balon berwarna merah. “Ajushhi... tolong ambilkan balon
berwarna biru dan merah itu.”
Ajushhi tersebut mengasihkan balon itu kepada Han Ji Ra. Han Ji
Ra tersenyum lalu memberikan uangnya. “Khamshahamnida.” ucapnya sambilnya
membungkukkan badannya lalu pergi.
***
“Balon ini untuk apa?” tanya Hye Min
sambil memainkan balon birunya itu dengan senang.
“Emm...menerbangkannya.” balas Ji Ra
“Mwo?”
“Ne...apa kau ingin memakannya huh?”
“Ck! Yak Han Ji Ra. Kalau begitu kau
seharusnya tidak membeli balon tetapi membeli makanan. Pabbo.”
“Mwo? Pabbo?! Apa bedanya huh? Tetap
saja menggunakan uangku Hye Min.”
“Aishh...arraseo. Kajja kita
terbangkan saja balon ini.”
“Jamkamman.”
Han Ji Ra mengeluarkan bulpoin,
kertas, dan pita kecil dari dalam tasnya. Lalu meberikan bulpoin, kertas dan
pita berwarna biru kepada Hye Min.
Hye Min mengerutkan keningnya
bingung. “Untuk apa ini.”
Ji Ra tersenyum memandang Hye Min.
“Kau...tulis apa saja yang ingin kau tulis di kertas itu lalu ikat kertas dengan
pita itu di tali balonmu baru kita terbangkan balon itu.”
“Hahaha...aku tidak mau.”
“Aishh...tulis apa saja. Terserahmu.”
perintah Ji Ra
“Huh...arraseo. Kau akan menulis
apa?”
“Rahasia.” Ucap Ji Ra di sela-sela
menulis.
Hye Min memandang kertas itu sambil
memainkan bulpoinnya. Ia tidak tahu apa yang harus ia tulis. Ia berfikir
sejenak lalu dengan mantap Hye Min
menekan bulpoin itu di atas kertas putihnya.
Annyeong...aku tidak tahu harus menulis apa... Bukankah
ini konyol? Han Ji Ra sahabatku, dia membelikanku balon dan menyuruhku
menuliskan apa saja lalu menerbangkannya dengan balon. Tapi, anehnya saat ini
aku melakukan perintah konyolnya itu. Entahlah aku bingung harus bercerita
tentang apa...hanya saja saat ini aku teringat olehmu. Kau...lelaki yang aku
suka, yang selalu memenuhi kepalaku, yang selalu berada dimimpiku, yang selalu
ada di hatiku. Kau yang menyukai warna biru, kau yang selalu berisik...sering
bernyanyi...bermain gitar...kau yang begitu senang ketika menonton
sepakbola...dan banyak hal lagi. Aku tidak tahu bagaimana aku mengetahui tentang itu semua mungkin
karena aku sering memperhatikanmu, aku jadi tahu kebiasaanmu. Terkadang aku
berfikir... bisakah kau memandang disekitarmu? Bisakah kau memandang ke arahku?Aku
tahu kau menyukai orang lain. Ah...ini melelahkan...haruskah aku menyerah?Mungkin,
aku tidak akan menyukaimu lagi, tidak
akan memandang ke arahmu lagi...walaupun ini sulit aku harus menghilangkan
perasaan ini. Good bye love... aku berharap setelah mengikat kertas ini di
balon biru itu dan setelah itu menerbangkannya tinggi... aku bisa menghilangkan
perasaan ini... sama seperti aku melepaskan balon ini... aku akan melepaskan
perasaan ini. Untukmu yang mungkin tidak akan pernah membaca ini. Johahae... ah
mungkin lebih tepatnya... Saranghae...
Hye Min memandang tulisannya... ia
menahan air matanya agar tidak jatuh. Ia menulis kalimat yang cukup panjang sungguh
sayang kalau tulisaany luntur terkena air matanya. Lalu ia menggulung kertas
itu setelah itu mengikatkan kertas itu di tali balon biru itu dengan pita.
“Hye Min... kau menulis apa? Ah ...
sepertinya kau menulis cukup banyak?” tanya
Ji Ra sambil mengikatkan kertasnya di balonnya yang berwarna merah.
“Rahasia.”
“Yak... kenapa kau mengikutiku huh?”
“Ah... sudahlah. Kajja kita
terbangkan saja balon ini. aku sudah lapar.”
“Arraseo... Hana, dul, set.”
Hye Min dan Ji Ra melepaskan
balonnya. Mereka melihat balon mereka yang terbang tinggi. Mereka tersenyum
memandang balonnya yang sudah tidak terlihat lagi.
“Kajja. Kita makan.” ajak Ji Ra.
“Ne.” ucap Hye Min sambil terenyum
dan menggandeng tangan Ji Ra.
***
Namja itu memasukkan botol minumannya
ke dalam tasnya. Ia mengambil handuk kecil dan membersihkan keringatnya lalu
mengalungkan handuk kecil tu dilehernya.
“Besok kita bermain sepak bola lagi
disini. Aku pulang dulu.” Ucap lelaki itu kepada teman-temannya.
Ia pergi meninggalkan lapangan
sepakbola itu. Sesaat ia melihat balon berwarna biru di dekat pohon. Namja itu
mengambil balon biru itu, ia melihat ada sepucuk kertas ditali balon itu. Ia
mengerutkan keningnya. Lalu melepaskan pita yang mengikatkan kertas itu pada balon biru. Ia membuka
gulungan kertas itu dan mulai membacanya. Ia mengerutkan keningnya lagi stelah
membaca tulisan itu. “Sepertinya tulisan
ini tidak asing... ah apa aku pernah melihat sebelumnya? “
-END-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar