Kamis, 04 April 2013

Balloon


Ballon





“Kajja~~!!” ucap Han Ji Ra sambil menarik pergelangan tangan Kang Hye Min.
“Mwo? Kita akan pergi kemana, huh?”
Han Ji Ra menghentikan langkahnya dan Hye Min melepaskan genggaman tangannya dari Ji Ra.
“Aishhh... terserah yang penting kita pergi dari tempat itu Hye Min.” Kata Ji Ra
“Wae?”
“Karena  aku sudah bosan melihatmu seperti tadi.”
“Mwo? Apa yang aku lakukan tadi hah? Sampai membuat mu bosan dan mengajakku pergi?”
Han Ji Ra mendesah pelan, ia benar-benar tidak mengerti dengan sahabatnya itu. Apa dari tadi ia tidak melihat kalau Hye Min memandang namja pujaan hatinya itu.
Han Ji Ra menunjuk seseorang yang berada di tengah lapangan sepakbola. “Namja itu.. namja disana yang mengenakan baju biru yang sedang asyik bermain dengan bolanya. Kau memandangnya bukan? Hye Min, kau memandangnya selama 17 detik tanpa berkedip.”
Hye Min memandang kembali namja itu. Benar, sedari tadi dia hanya memandang ke arahnya. Ia  tidak tahu sudah berapa lama memamandang namja itu. Hanya memandang nya saja, ia benar-benar bahagia. Memandangnya dari jauh. Benar-benar bahagia.
“Aishh.. lihat. Kau memandangnya lagi? Kau benar-benar menyukainya ?” tanya Ji Ra sambil menggelenggkan kepalanya tidak percaya.
“Arraseo.. arasseo.. kita harus pergi.” Kata Ji Ra lagi dan menarik tangan Hye Min dengan kuat.
“Yaak.. Han  Ji Ra! Lepaskan tanganku. Appo...” pekik Hye Min
“Ne, tapi kau tidak boleh pergi ke tempat itu lagi dan ikuti aku. Arraseo?”
Hye Min mengangguk pelan lalu Ji Ra melepaskan tangan Hye Min dengan pelan.

***

“Han Ji Ra... untuk apa kita kesini huh? Aku lapar. Sebaiknya kita pergi mencari makan? Eottohke?”
“Kau pilih satu, aku akan membelikannya untukmu. Kau ingin balon berwarna apa?”
“Shireo. Aku  ingin makanan bukan balon.” Jawab Hye Min sambil menggembungkan pipinya.
“Jinjja! Kau ini benar-benar menyebalkan, Setelah kita membeli balon aku akan mentraktirmu makan.”
Hye Min tersenyum mendengar ucapan sahabatnya itu. “Hahhaha... Baik. Aku ingin balon berwarna biru itu.”
Han Ji Ra mengangguk lalu menunjuk balon berwarna biru dan balon berwarna merah. “Ajushhi... tolong ambilkan balon berwarna biru dan merah itu.”
Ajushhi  tersebut  mengasihkan balon itu kepada Han Ji Ra. Han Ji Ra tersenyum lalu memberikan uangnya. “Khamshahamnida.” ucapnya sambilnya membungkukkan badannya lalu pergi.
***
“Balon ini untuk apa?” tanya Hye Min sambil memainkan balon birunya itu dengan senang.
“Emm...menerbangkannya.” balas Ji Ra
“Mwo?”
“Ne...apa kau ingin memakannya huh?”
“Ck! Yak Han Ji Ra. Kalau begitu kau seharusnya tidak membeli balon tetapi membeli makanan. Pabbo.”
“Mwo? Pabbo?! Apa bedanya huh? Tetap saja menggunakan uangku Hye Min.”
“Aishh...arraseo. Kajja kita terbangkan saja balon ini.”
“Jamkamman.”
Han Ji Ra mengeluarkan bulpoin, kertas, dan pita kecil dari dalam tasnya. Lalu meberikan bulpoin, kertas dan pita berwarna biru kepada Hye Min.
Hye Min mengerutkan keningnya bingung. “Untuk apa ini.”
Ji Ra tersenyum memandang Hye Min. “Kau...tulis apa saja yang ingin kau tulis di kertas itu lalu ikat kertas dengan pita itu di tali balonmu baru kita terbangkan balon itu.”
“Hahaha...aku tidak mau.”
“Aishh...tulis apa saja. Terserahmu.” perintah Ji Ra
“Huh...arraseo. Kau akan menulis apa?”
“Rahasia.” Ucap Ji Ra di sela-sela menulis.

Hye Min memandang kertas itu sambil memainkan bulpoinnya. Ia tidak tahu apa yang harus ia tulis. Ia berfikir sejenak lalu dengan mantap Hye Min  menekan bulpoin itu di atas kertas putihnya.
Annyeong...aku tidak tahu harus menulis apa... Bukankah ini konyol? Han Ji Ra sahabatku, dia membelikanku balon dan menyuruhku menuliskan apa saja lalu menerbangkannya dengan balon. Tapi, anehnya saat ini aku melakukan perintah konyolnya itu. Entahlah aku bingung harus bercerita tentang apa...hanya saja saat ini aku teringat olehmu. Kau...lelaki yang aku suka, yang selalu memenuhi kepalaku, yang selalu berada dimimpiku, yang selalu ada di hatiku. Kau yang menyukai warna biru, kau yang selalu berisik...sering bernyanyi...bermain gitar...kau yang begitu senang ketika menonton sepakbola...dan banyak hal lagi. Aku tidak tahu bagaimana  aku mengetahui tentang itu semua mungkin karena aku sering memperhatikanmu, aku jadi tahu kebiasaanmu. Terkadang aku berfikir... bisakah kau memandang disekitarmu? Bisakah kau memandang ke arahku?Aku tahu kau menyukai orang lain. Ah...ini melelahkan...haruskah aku menyerah?Mungkin,  aku tidak akan menyukaimu lagi, tidak akan memandang ke arahmu lagi...walaupun ini sulit aku harus menghilangkan perasaan ini. Good bye love... aku berharap setelah mengikat kertas ini di balon biru itu dan setelah itu menerbangkannya tinggi... aku bisa menghilangkan perasaan ini... sama seperti aku melepaskan balon ini... aku akan melepaskan perasaan ini. Untukmu yang mungkin tidak akan pernah membaca ini. Johahae... ah mungkin lebih tepatnya... Saranghae...
Hye Min memandang tulisannya... ia menahan air matanya agar tidak jatuh. Ia menulis kalimat yang cukup panjang sungguh sayang kalau tulisaany luntur terkena air matanya. Lalu ia menggulung kertas itu setelah itu mengikatkan kertas itu di tali balon biru itu dengan pita.
“Hye Min... kau menulis apa? Ah ... sepertinya kau menulis cukup banyak?” tanya  Ji Ra sambil mengikatkan kertasnya di balonnya yang berwarna merah.
“Rahasia.”
“Yak... kenapa kau mengikutiku huh?”
“Ah... sudahlah. Kajja kita terbangkan saja balon ini. aku sudah lapar.”
“Arraseo... Hana, dul, set.”
Hye Min dan Ji Ra melepaskan balonnya. Mereka melihat balon mereka yang terbang tinggi. Mereka tersenyum memandang balonnya yang sudah tidak terlihat lagi.
“Kajja. Kita makan.” ajak Ji Ra.
“Ne.” ucap Hye Min sambil terenyum dan menggandeng tangan Ji Ra.

***

Namja itu memasukkan botol minumannya ke dalam tasnya. Ia mengambil handuk kecil dan membersihkan keringatnya lalu mengalungkan handuk kecil tu dilehernya.
“Besok kita bermain sepak bola lagi disini. Aku pulang dulu.” Ucap lelaki itu kepada teman-temannya.
Ia pergi meninggalkan lapangan sepakbola itu. Sesaat ia melihat balon berwarna biru di dekat pohon. Namja itu mengambil balon biru itu, ia melihat ada sepucuk kertas ditali balon itu. Ia mengerutkan keningnya. Lalu melepaskan pita yang mengikatkan  kertas itu pada balon biru. Ia membuka gulungan kertas itu dan mulai membacanya. Ia mengerutkan keningnya lagi stelah membaca tulisan itu. “Sepertinya tulisan ini tidak asing... ah apa aku pernah melihat sebelumnya? “


-END-










                                                                               

Tidak ada komentar:

Posting Komentar